Polri Capek-Capek Pencitraan Pakai Video AI, Hancur Karena Ulah Polisi Pungli yang Cuma Dihukum Guling-Guling

Dok: Istimewa

Pada Rabu 25 Juni 2025 sekitar pukul 09.30, sebuah peristiwa ngeselin tapi lucu terjadi di Kota Medan. Seorang Polisi gendut bernama Aiptu Rudi Hartono yang bertugas di Satlantas Polrestabes Medan, terekam kamera netizen seperti sedang meminta uang kepada seorang perempuan pengendara motor yang melawan arah di Jalan Palang Merah.

Tidak lama setelah video itu beredar luas, karena tidak ada lagi ruang di kepala ini untuk berprasangka baik kepada Polisi, dengan dorongan alam bawah sadar yang kuat, netizen 100 persen menduga bahwa uang yang diberikan pengendara motor itu sudah “pasti” adalah pungutan liar (pungli).

Ternyata, tanpa perlu saling berbalas komentar dan colek-mencolek di antara kita, isi pikiran kita bermuara pada kesimpulan yang sama: Ya! benar, pungli! Sebesar Rp100 ribu!

Kebenaran itu dikonfirmasi oleh rekan se-institusinya sendiri, Kasi Propam Polrestabes Medan, AKP Suharmono, yang mengatakan bahwa tindakan Rudi Hartono itu merupakan pelanggaran terhadap Kode Etik Polri.

Tapi ajaibnya, sudah jelas-jelas melakukan pelanggaran hukum, Polisi gendut tukang pungli itu justru hanya dihukum guling-guling di atas aspal. Padahal, ia sangat bisa dihukum penjara, dikenakan delik pidana pemerasan dan penyalahgunaan kekuasaan.

Kalau yang melakukan pungli itu adalah rakyat sipil-miskin, kira-kira diapain, ya? (Cukup dijawab di dalam hati. Kalau sudah nggak kuat, dipersilakan ngamuk di kolom komentar).

Kalau diperhatikan: yang membuat lucu dari hukuman itu bukan saja dari sisi keanehan pemberian hukumannya, tapi juga pada kontraproduktif antara perintah dan yang dilakukan. Yang diperintah: guling-guling, tapi yang dilakukan: gelinding-gelinding.

Sudahlah tidak dihukum pidana, disuruh guling-guling pun dia gelinding-gelinding. Sudahlah korup secara perbuatan, ditambah juga korup dalam hukuman. Hadeh.

Bayangkan, bagaimana jika suatu waktu ada seorang pencuri berbadan atletis seperti Cristiano Ronaldo sedang berlari di sebuah jalan tempat Polisi gendut itu bertugas. Lalu saat itu hanya dia seorang diri yang sedang patroli. Menurut kalian, apa yang terjadi?

Ya, tidak perlu berpikir keras. Pikiran kita sama. Tapi bedanya, dugaan kami: dalam langkah kelima, ia sudah tersandung, lalu tergelinding dan terguling di jalanan dengan nafas tersengal, bau rokok yang menyengat, dan mulut bau gule ikan yang dia beli dari hasil pungli seorang perempuan yang ia tilang ketika terlambat ke tempat kerja.

Sudah banyak cara yang diupayakan untuk  mencintai Polisi: mulai dari melarikan diri dengan bersemedi di goa, membuang Televisi, menghapus aplikasi sosial media, sampai menjauhkan diri dari cerita-cerita warung kopi agar informasi tentang kejelekan Polisi tidak terus-terusan bersarang di lobang telinga kita. Tetap saja, kenyataan tak bisa ditolak, sampai hari ini, tidak ada alasan untuk mencintai mereka. Uang Rp100 ribu pun mereka palak.

Dengan berbagai usaha juga Polisi bilang akan “berbenah.” Nyatanya, yang dibenahi bukan sistem internal mereka yang bobrok, kacau balau, tapi yang dibenahi justru adalah tampilan luar, usaha memoles citra dengan proyek Video AI (Artificial Intelligence).

Mungkin, karena tidak ada lagi kebaikan nyata yang bisa mereka tonjolkan, mereka mengambil ilham dari ide Wakil Presiden Gibran: “Yang tidak pakai AI akan kalah dengan yang pakai AI.”

Harap-harap netizen terpesona oleh sayap malaikat hasil bot AI itu, akun Humas Polri justru diserang dan diejek netizen.

Tapi akhirnya, tidak kuat dengan ejekan itu, mereka menghapus postingan jelek tersebut. Dan mungkin, bisa jadi, meskipun mustahil: karena mereka sudah sadar bahwa rakyat sudah pintar, tidak bisa lagi dibohongi dengan video seolah-olah mereka adalah malaikat penolong yang dengan sukarela, tanpa pungli, mau membantu masyarakat. Salam Presisi!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *