Pasca disahkannya Revisi UU TNI, sejumlah kampus di berbagai daerah di Indonesia didatangi oleh aparat TNI. Mulai dari modus kerjasama, pendataan, hingga ikut serta dalam memantau kajian dan konsolidasi aksi mahasiswa.
Kedatangan mereka ke kampus-kampus dinilai oleh berbagai akademisi sebagai bentuk intimidasi, teror, dan upaya untuk melemahkan kebebasan akademik.
22 Maret 2025
Sehari setelah aksi “intervensi berkedok sosialisasi” yang dilakukan oleh BEM Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), pihak rektorat memanggil BEM Unsoed untuk memenuhi panggilan Kodim 0701 Banyumas. Namun ditolak pihak BEM dengan alasan tidak ada surat resmi yang dikirim kepada mereka.
Dua hari setelahnya, pada 24/03/2025, pertemuan jadi dilaksanakan setelah pihak Kodim mengirimkan surat resmi. Menurut pengakuan pihak BEM, bukannya terjadi dialog, justru pertemuan tersebut dijadikan oleh Kodim untuk meminta klarifikasi serta pernyataan permintaan maaf atas aksi yang diselenggarakan oleh mahasiswa.
25 Maret 2025
Beredar surat dari Kodim 1707 Merauke yang dikirimkan kepada Sekretariat Daerah Merauke untuk meminta data mahasiswa. Di dalam surat tersebut, Kodim menjelaskan dua dasar permintaan data tersebut, yaitu program kerja bidang intelijen/pengamanan dan pertimbangan komando dan Staf Kodim.
Di hari yang sama, aparat TNI berseragam lengkap mendatangi (tanpa diundang) diskusi Teras FISIP Vol.1 2025 dan tiba-tiba duduk di tempat narasumber dengan membawa tim yang tanpa izin mendokumentasikan kegiatan dan meminta nomor Whatsapp panitia.
Kejadian itu, juga diduga buntut dari terjadinya nota kesepahaman yang diteken antara Universitas Udayana (Unud) dan TNI Angkatan Darat (AD) dengan tema “Sinergitas di Bidang Pendidikan, Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi” pada 05/03/2025.
14 April 2025
Diskusi bertajuk “Fasisme Mengancam Kampus: Bayang-Bayang Militer Bagi Kebebasan Akademik” yang dtaja oleh Kelompok Studi Mahasiswa Walisongo (KSMW) bersama Forum Teori dan Praktik Sosial (FTPS) di UIN Walisongo Semarang, disusupi orang tak dikenal yang diduga merupakan personel TNI.
16 April 2025
Pada saat terjadi konsolidasi mahasiswa nasional dari berbagai perguruan tinggi yang dilaksanakan di Universitas Indonesia, terlihat seorang prajurit TNI berseragam lengkap serta kendaraan dinas berada di kawasan Pusgiwa UI. Diketahui prajurit tersebut merupakan Dandim 0508/Depok, Kolonel Infanteri Iman Widhiarto.
Pendapat Akademisi dan Peneliti
“Mereka itu intimidating, punya kemampuan untuk mengintimidasi, dan orang Indonesia merasa bahwa militer lebih superior dari orang sipil karena mereka pegang senjata,” Ucap Made Supriatma dari ISEAS-Yusof Ishak Institute, dikutip dari BBC.
“Saya pikir TNI-Polri tidak masuk pada area kampus, pada saat yang sama kampus menjaga koridornya. Itukan saya pikir enak ya. Dalam kehidupan kebangsaan ada dinamikanya. Masa demokrasi tanpa dinamika,” ucap Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir, saat acara Halalbihalal Idulfitri 1446 H di Universitas Muhammadiyah Jakarta, Sabtu (19/4/2025), dikutip dari kabarmuhammadiyah.id.
“Militer itu alat pertahanan negara, alat perang, enggak ikut-ikut soal itu, karena itu layaknya penegakan hukum, apalagi sampai masuk kampus itu sudah kekeliruan yang fatal,” ucap peneliti Imparsial dan Ketua Centra Initiative Al Araf (20/04/2025), dikutip dari Kompas.com
“Masuknya TNI ke kampus oleh beberapa pihak atau orang, dapat diinterpretasikan sebagai bentuk political pressure atau teror mental pada warga kampus agar tidak bersuara kritis dan ini justru bisa merugikan perkembangan demokrasi yang sudah dibangun sejak awal reformasi,” ucap Dosen Program Studi Manajemen Kebijakan Publik Fisipol UGM, Dr Subarsono, MSi, MA (23/04/2025), dikutip dari detik.com.
Editorial*