Senin (28/10/2024) bertempat di Coffee +62, ihwal.co mengadakan diskusi Kewirausahaan dan Pengembangan UMKM dalam program Cerita Akamsi. Direktur Program ihwal.co, Khairul Azmi, mengatakan, “Cerita Akamsi adalah program baru yang kita luncurkan bersamaan dengan acara Grand Opening Coffee +62. Sesuai dengan akronim Akamsi, yakni Anak Kampung Sini, program ini bertujuan memberi ruang bagi anak-anak Kampar untuk ditampilkan program, pemikiran, ataupun prestasi mereka yang dapat memberi inspirasi kepada orang banyak. Hari ini, kita mengundang bapak Adi Setiawan, SE, MM, seorang dosen dan juga pemilik usaha “Klinik Selera” untuk berbagi ilmu dan pengalamannya.”
Dalam pengantar diskusinya, Adi Setiawan menyoroti situasi ekonomi terkini di Indonesia. Ia menjelaskan bahwa dalam 5 bulan terakhir terjadi deflasi, tapi sayangnya, hal tersebut juga diikuti oleh penurunan daya beli masyarakat. Data terbaru menunjukkan bahwa 53 ribu pekerja di-PHK. Investasi yang terjadi lebih dititikberatkan pada proyek padat modal, bukan padat karya, sehingga penyerapan tenaga kerja menjadi sangat minim. Belum lagi kalau kita kaitkan dengan angka PDB yang masih rendah, dan ini tentunya terkait dengan daya beli masyarakat. Lalu, dari realitas ekonomi yang seperti itu, “Kelas sosial yang mana yang paling terpengaruh?” tanya Adi Setiawan dengan retoris?
“Tentu saja, kelas menengah yang paling terkena imbasnya. Hal ini diperparah lagi dengan kebijakan pajak pemerintah yang ga ngotak terhadap kelas menengah. Padahal, jika suatu negara mau tumbuh sebagai negara yang ekonominya kuat, kuatkan dulu kelas menengahnya. Kalau begini situasinya, tentu kelas menengah akan banyak jatuh ke jurang kemiskinan. Standar miskin Bank Dunia itu pendapatan kita adalah 3 USD (sekitar 45 ribu) per-hari,” jelasnya.
Kemudian, Adi Setiawan mengatakan bahwa dari realitas ekonomi di atas, maka kita sebagai warga tidak bisa berharap terlalu banyak dari pemerintah. Harus ada upaya masing-masing kita secara individu atau kolektif untuk membangun kemandirian ekonomi. Dan, di sinilah, urgensi pembicaraan kita tentang pengembangan UMKM ini. Setidaknya, ada tiga sektor bisnis yang market-nya tetap konsisten, yakni bisnis kuliner, kesehatan, dan pendidikan. Tinggal kita sesuaikan dengan kecenderungan kita lebih ke arah mana, dan jangan lupa juga membaca target pasar bisnis kita.
Seorang peserta bertanya tentang bagaimana jika saya tak punya modal yang banyak, dan ditambah lagi dengan ketakutan akan gagal di dalam bisnis ini. Adi Setiawan menjelaskan, “Saya contohkan tentang ‘Klinik Selera’ yang saya bangun. Klinik Selera itu tugasnya menciptakan pasar, lalu siapa saja yang punya produk tinggal titipkan ke kita, biar kita yang bantu menjualkan. Harapan kita, dengan skema seperti itu akan meminimalisir potensi kerugian bagi pelaku usahawan kecil. Mereka bisa fokus ke produksi, dan kita bantu pemasaran. Ini hanyalah contoh, dan siapa saja boleh menemukan skema lainnya untuk membantu pertumbuhan bisnis UMKM ini.”
Intinya adalah di tengah ketidakpastian situasi ekonomi, kita sebagai warga kelas menengah dan bawah, mesti berusaha untuk menciptakan kerja-kerja yang membangun kemandirian kita secara ekonomi. Sebagai penutup, Adi Setiawan mengatakan, “Kita hanya bisa fokus ke pada sesuatu yang bisa kita kendalikan, yakni pikiran kita. Maka fokuskan pikiran kita untuk menciptakan peluang bisnis yang mungkin kita buat.”
Reporter: Amex
Editor: Herman Attaqi