Pasca Pemilu dan memasuki bulan suci Ramadhan, harga bahan pokok di pasaran melonjak naik. Di Kampar, terutama di kecamatan Bangkinang Kota, mau tidak mau, demi tetap bisa berdagang dan bertahan hidup, para pedagang ikut menaikkan harga penjualan.
Afdol, salah satu pedagang bahan harian di Pasar Inpres Bangkinang Kota mengeluh dan mengaku sulit mendapat untung. Menurutnya, efek dari harga-harga bahan pokok yang naik tinggi, ia sulit mendapat pembeli. Meskipun ada, itu tidak sebanyak seperti sebelum harga pokok naik. (16/03/2024)
Selain itu, Izul, pedang sayur lesehan di Pasar Inpres Bangkinang Kota, ia mengaku tetap untung meski harga-harga bahan pokok sedang melambung tinggi. Namun, perbedaannya, keuntungan yang ia dapat harus dengan cara mengurangi jumlah sayur dalam seikat. “Tetap diuntungkan dengan cara memperkecil porsi,” katanya (16/03/2024)
Kevin, seorang penjual telur dan beras di Plaza Bangkinang Kota, mengatakan bahwa sehabis Pemilu (Pemilihan Umum) pembeli mulai berkurang. Sebab, harga telur dan beras sedang beranjak naik. (16/03/2024)
Bukan hanya pedagang bahan pokok di pasaran saja, pedagang atau penjual bahan makanan olahan pun turut merasakan dampak yang sama. Mereka merasa resah karena mau tidak mau, mereka harus tetap berjualan dalam keadaan yang serba tidak pasti ini.
Seperti Bu Wati, yang memikul beban sebagai Ibu Rumah Tangga yang sekaligus penjual lotek yang berjualan di perempatan Kantor Cabang BRI Bangkinang Kota, mengeluh bahwa harga-harga bahan pokok sangat mempengaruhi penjualannya. Kendati harga bahan pokok di pasaran sedang naik semua, ia tetap menjual sebagaimana harga yang sudah ia tetapkan sebelumnya. Sehingga, ia hanya mengambil sedikit keuntungan dari penjualannya. Sebab, antara modal dan keuntungan yang ia keluarkan tidak sebanding. “Harga kacang naik, timun naik, dan sayur-sayuran semuanya naik,” ujarnya (18/03/2024)
Begitu juga yang terjadi dengan Hani, pemilik Seblak Ohana yang berdagang tidak jauh dari Teriminal Bangkinang Kota (di belakang kantor Pos Bangkinang Kota). Keluhan yang sama juga disampaikannya. Harga bahan pokok yang ia butuhkan untuk menjual seblak naik semua. Meski demikian, seperti Bu Wati, Hani tetap menjual seblaknya dengan harga yang sama seperti sebelumnya. “Kalau untuk menjualnya ke orang-orang (konsumen) itu susah buat memberi harga,” ungkapnya (18/03/2024)
Hampir dari semua pedagang di Bangkinang Kota yang ditemui, merasa sulit mendapat keuntungan karena sepi pembeli sebagai efek dari harga-harga bahan pokok yang sedang naik. Kondisi ini, tentunya, semakin mencemaskan, dan mereka, mungkin juga sebagian besar dari warga Kampar, berharap harga-harga kembali stabil.
Reporter: Ziyad Ahfi dan Gilang Surya Putra
Editor: Herman Attaqi