Kepala Sekolah SD Berinisial Z di Tapung Hulu Diduga Melakukan Pelecehan Seksual Kepada Muridnya Sendiri

Foto: Suara Surabaya

ihwal.co, Kampar – Seorang kepala sekolah SD di Tapung Hulu berinisial Z diduga melakukan pelecahan seksual dengan modus “manipulasi kasih sayang” kepada muridnya yang masih berusia 12 Tahun.

Kasus ini sudah dilaporkan Ibu korban ke Polres Kampar di tanggal 21 Mei 2025 dengan nomor surat LP/B/158/V/2025/SPKT/POLRES KAMPAR/POLDA RIAU.

Kronologis Kejadian

Dalam wawancara yang disampaikan ayah korban kepada ihwal.co pada Selasa, 27 Mei 2025, kejadian pelecehan terhadap anaknya itu terjadi pada Sabtu, 17 Mei 2025, sekitar pukul 11.30 WIB. Awal mulanya, sekitar pukul 07.00 WIB, korban berangkat ke sekolah menggunakan sepeda miliknya.

Kemudian, selepas pembelajaran usai (pukul 11.00 WIB), korban keluar kelas untuk segera pulang ke rumah. Namun, mendadak korban dipanggil terduga pelaku (kepala sekolah) ke ruangannya.

Sesampainya di ruangan kepala sekolah, korban diperintah pulang untuk mengganti pakaian seragamnya yang saat itu masih berpakaian olahraga agar ditukar dengan seragam merah-putih lalu kembali lagi ke sekolah dengan tujuan untuk pergi mengambil foto bersama kepala sekolah di Kasikan.

Karena lama menunggu, kepala sekolah memutuskan pergi menjemput korban ke rumahnya. Ketika sampai di rumah korban, kepala sekolah bertemu dengan orang tua korban dan menjelaskan maksud kedatangannya, yakni untuk memperbaiki foto yang kurang bagus.

Mendengar alasan tersebut, orang tua korban mengizinkan dengan syarat: korban harus didampingi oleh dua orang temannya.

Alasan orang tua korban memberi izin dengan syarat adalah karena adanya kecurigaan. Sebelumnya, ketika korban meminta izin untuk pergi keluar lagi selepas pulang sekolah, alasan korban adalah untuk mengambil foto bersama.

Sementara, ketika kepala sekolah tiba di rumah korban, di hadapan orang tua korban, kepala sekolah beralasan untuk memperbaiki foto yang kurang bagus.

“Sebelumnya anak saya mengatakan belum ada foto bersama, tapi kenapa Z bilang memperbaiki foto yang kurang bagus? tapi karena ditemani dua temannya, saya biarkan saja dia pergi,” jelas ayah korban.

Ketika mobil yang mereka tumpangi melesat pergi, alih-alih ke arah Kasikan, sebagaimana niat awal, kepala sekolah justru memutar mobilnya ke arah sekolah.

Saat tiba di sekolah, seketika kepala sekolah menyuruh dua orang teman korban untuk turun lebih dulu dari mobil dan pergi mengambil kunci kantor di rumah penjaga sekolah.

Ketika dua temannya turun, di mobil itu hanya meninggalkan kepala sekolah dan korban. Dalam kondisi berdua itu, kepala sekolah langusng melancarkan aksi pelecehannya.

Ia memanfaatkan kesempatan itu untuk memeluk, mencium, meraba-raba payudara, dan bahkan menyuruh korban menjulurkan lidahnya.

Terhadap tindakan itu, korban ketakutan, karena khawatir aksi itu diketahui oleh orang di luar mobil, terutama oleh kedua temannya.

Namun dengan bujuk-rayu, kepala sekolah mengatakan kepada korban, “jangan takut. Kaca mobil bapak tidak nampak dari luar,” ucap ayah korban sembari menirukan gaya bicara kepala sekolah yang disampaikan oleh korban.

Tidak berselang lama, kedua teman korban sudah mendapat kunci tersebut dan kembali ke mobil kepala sekolah untuk memberikannya.

Namun, di saat mereka sudah kembali, kepala sekolah justru menyuruh mereka mengembalikannya lagi ke penjaga sekolah.

Untuk kedua kalinya, saat kedua teman korban pergi mengembalikan kunci, aksi pelecehan itu dilanjutkan kepala sekolah hingga kedua teman korban kembali memasuki mobil.

Tidak sampai di situ saja. Dalam perjalanan pulang, aksi bejat yang sama (pelecehan) terulang kembali.

Di tengah perjalanan, sebelum sampai ke rumah korban, kepala sekolah menepikan kendaraannya dan lagi-lagi menyuruh dua teman korban untuk turun dari mobil.

Memanfaatkan kondisi itu, pelecehan berikutnya terulang. Dengan cara yang sama, bujuk-rayu yang sama, namun dalam waktu dan tempat yang berbeda.

Sesampainya korban dan kedua temannya ke rumah, setelah kejadian itu, seakan tidak terjadi apa-apa. Korban masih belum punya keberanian menceritakan tentang apa-apa yang dialaminya selama perjalanan bersama kepala sekolah tersebut.

Pada dua hari berikutnya, di hari Senin, 19 Mei 2025, korban kembali dipanggil ke ruangan kepala sekolah. Tetapi korban membawa satu orang teman untuk menemaninya.

Saat tiba di ruangan, kepala sekolah membuat alibi baru. Temannya disuruh pergi mengantar buku tamu ke ruang guru agar korban dapat berdua saja dengan dirinya di dalam ruangan itu.

Sebagaimana pernyataan ayah korban, untuk kesekian kalinya, kepala sekolah melancarkan aksi bengisnya.

Setelah banyak kecurigaan muncul, seperti alasan kepala sekolah menjemput korban yang dinilai tidak konsisten hingga sering memanggil korban ke ruangannya sendirian, orang tua korban akhirnya mengajak korban bicara dan pelan-pelan mencoba mendalami sesuatu yang tengah ditutup-tutupi korban.

Setelah didalami, menurut penuturan ayah korban, yang membuat anaknya tidak mau menceritakan pelecehan yang dialaminya, karena setiap kali korban selesai mengalami pelecehan, kepala sekolah selalu membujuk korban agar tidak menceritakannya kepada siapa-siapa.

Bahkan, ayah korban juga mengatakan bahwa korban pernah diming-imingi akan dikasih kunci jawaban ujian jika korban tidak menceritakan terkait apa-apa yang dialaminya kepada orang lain.

“Setiap selesai dilecehkan, kepala sekolah selalu mengatakan kepada anak saya seperti: gak usah takut. Jangan bilang-bilang siapapun ya. Nanti bapak malu. Kamu juga malu. Bahkan anak saya sampai diming-imingi kunci jawaban ujian, ” terang ayah korban kemudian.

Modus Kepala Sekolah Melecehkan Murid

Dalam pernyataan ayah korban–yang ia dan istrinya gali dari korban, bahwa tindakan pelecehan seperti itu sudah dialami korban lebih dari 5 (lima) kali.

Kepala sekolah, katanya, menggunakan kekuasaannya sebagai kepala sekolah sekaligus guru, untuk memanipulasi korban agar korban menerima perbuatan yang ia alami sebagai tindakan yang “benar” dan “normal” dengan “modus kasih sayang antara guru dan murid.”

“Anak saya ternyata sering dipanggil ke ruangan kepala sekolah. Kadang dikasih duit jajan. Kadang 2 ribu. Kadang 5 ribu. Dan kadang 10 ribu. Ditanya-tanya semacam memberi perhatian. Seolah-olah kayak diberi kasih sayang seperti guru dan murid. Lalu kemudian anak saya dilecehkan dengan cara dicium dan dipeluk!” Ucap ayah korban sembari manahan tangis.

Menurut ayah korban, karena korban masih anak di bawah umur dan belum benar-benar bisa mengetahui mana yang benar dan yang salah, seakan-akan, bagi anak, tindakan itu adalah bentuk kasih sayang gurunya kepada korban.

“Ini modus pembodohan terhadap anak!” Tutup ayah korban dengan menahan amarah terhadap peristiwa yang dialami anaknya.

Sikap Kepala Dinas Pendidikan Kampar

Mengetahui perihal itu, Kepala Dinas Pendidikan Kampar M Aidil, alih-alih melakukan investigasi dan mengutuk tindakan pelaku, justru Aidil hanya mengatakan, “karena ini sudah sampai ke ranah hukum, kita hormati saja proses hukum,” tulisnya kepada ihwal.co (Selasa, 27/05/2025).

Proses hukum pasca Ibu korban membuat laporan di Polres Kampar sampai saat ini masih belum mengalami perkembangan. Kepala sekolah tersebut masih melakukan aktifitas seperti biasa. Masuk kerja dan mengajar sebagaimana biasanya. Sementara, sejak Jumat, 23 Mei 2025, korban sudah tidak lagi masuk ke sekolah.

Hal itu lantaran kekhawatiran orang tuanya yang punya traumatik mendalam melihat keberadaan kepala sekolah yang masih dibiarkan bebas berkeliaran bekerja di tempat anaknya menimba ilmu.

*Pada Selasa, 27 Mei 2925, pukul 05.37 WIB, ihwal.co sudah berusaha mengkonfirmasi laporan dan kejadian tersebut kepada kepala sekolah Z via Whatsapp, namun hingga tulisan ini terbit, Z belum memberikan jawaban apapun.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *