Di era yang sudah berjalan maju ini, perbedaan etnis seharusnya tidak lagi menjadi pijakan alasan kita untuk memilih pemimpin. Pilkada 2024 sudah membuktikan bahwa kerja nyata dan gagasan adalah alasan masyarakat Inhil untuk memilih pemimpin. Kendatipun pemimpin Inhil nantinya bukan berasal dari suku melayu, tapi identitas Inhil sebagai tanah melayu harus terus dipertahankan. Sebab Indragiri Hilir adalah satu kesatuan dalam berbagai perbedaan.
Penulis: Alfatah Hidayat
Berdasarkan hasil rekapitulasi penghitungan suara KPU, pasangan Herman-Yuliantini memenangkan Pilkada Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) dengan memperoleh 160.286 suara atau sekitar 55,72% dari jumlah suara sah. Sedangkan tiga pasangan lain, yakni Suhaidi-Samsudin Uti mendapatkan 34.076 suara, Ferry-Dani 76.415 suara dan Mimi-Sufian dengan perolehan 7.418 Suara.
Menariknya di Pilkada 2024 ini, dari sekian banyak Pilkada yang pernah dilalui rakyat Inhil, baru kali ini ada seorang Bupati terpilih yang berasal dari suku banjar, bukan suku melayu. Meskipun Indragiri Hilir merupakan daerah dengan kebudayaan yang heterogen, biasanya, pemenang Pilkada selalu berasal dari suku mayoritas, yakni suku melayu.
Di Pilkada 2024 ini, Herman, Bupati terpilih yang bersuku banjar, berhasil mematahkan stereotip usang bahwa “Inhil haruslah dipimpin oleh orang melayu.” Bersama wakilnya, Yuliantini, yang merupakan srikandi melayu Inhil, berhasil melenggeng ke tampuk pimpinan daerah setelah sebelumnya pernah sempat menjadi Penjabat Bupati Inhil.
Pertanyaannya, apakah fenomena “Inhil dipimpin orang bersuku banjar” ini adalah sebuah kemajuan dalam peradaban demokrasi di Kabupaten Indragiri Hilir atau justru sebaliknya?
Melayu dan Heterogenitas Masyarakat Indragiri Hilir
Melayu dan Indragiri Hilir adalah dua entitas yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sejarah telah mencatat bahwa ada banyak sekali kerajaan-kerajaan melayu yang pernah berdiri di Kabupaten Indragiri Hilir. Salah satunya adalah pernah menjadi bagian dari kerajaan Indragiri, yang kekuasaannya mencakup Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir.
Sejarah panjang kekuasaan melayu di rawa bertuah ini telah mengakar dan menjadi keyakinan di kalangan masyarakat bahwa pemimpin Indragiri Hilir haruslah orang bersuku Melayu. Sementara itu, meskipun mayoritas masyarakat Inhil bersuku melayu, namun, Inhil tetaplah daerah heterogen dengan berbagai suku di dalamnya.
Ada masyarakat banjar yang telah bermigrasi sejak Abad ke-16, dan salah satu tokoh masyhur dari masyarakat banjar tersebut adalah Syeikh Abdurrahman Siddiq atau yang biasa dikenal sebagai Tuan Guru Sapat. Kemudian juga ada suku bugis yang mulai menetap pada abad ke-17 yang dilatarbelakangi oleh hubungan erat antara kesatria-kesatria bugis dengan kerajaan Johor Riau Lingga dan jajahan taklukannya. Dan juga ada masyarakat Jawa yang telah menetap sejak abad ke-19 masehi serta etnis dan suku lainnya.
Heterogenitas tersebut tidak lantas menjadikan masyarakat Inhil menjadi lebih demokratis. Etnosentrisme kepala daerah di Inhil menjadi hal yang wajar dan bertahan selama sekian dekade. Hal ini justru menjadi masalah serius karena menghalangi SDM (Sumber Daya Manusia) berkualitas non-melayu untuk dapat menjadi pemimpin di Indragiri Hilir.
Seharusnya, pemimpin dalam konsep negara demokrasi bukanlah sebagai tuan dan pemilik dari suatu wilayah, sebagaimana konsep monarki berjalan. Demokrasi modern yang saat ini kita anut justru membuka ruang bagi siapa saja untuk memimpin, dan fungsi pemimpin adalah sebagai pelayan dan abdi masyarakat.
Kemenangan Herman dan Keruntuhan Etnosentrisme
Terlepas dari semua itu, kemenangan Herman bukanlah anomali yang muncul dari keberuntungan semata. Kemenangan Herman ditempuh dari rangkaian proses panjang sumber daya manusia Inhil menjadi sebuah entitas maju dan lebih demokratis.
Francis Fukuyama dalam The End of History and The Last Man menyebutkan bahwa akses informasi yang luas dapat mempengaruhi tingkat demokratisasi masyarakat. Arus informasi telah menyadarkan masyarakat tentang apa yang dibutuhkan bagi kemajuan Indragiri Hilir dan tidak berhenti pada ego kesukuan semata.
Terlepas dari berbagai intrik dalam proses kampanye, yang perlu digarisbawahi bahwa salah satu pendongkrak terbesar kemenangan pasangan Herman-Yuliantini adalah efektifitas mereka dalam menggunakan media informasi sebagai alat kampanye.
Melalui kerja nyata yang pernah dilakukannya semasa menjabat sebagai Pj Bupati Inhil, Herman berhasil mengubah perspektif masyarakat dari yang masih kental dengan etnosentrisme menjadi masyarakat yang sadar akan substansi dan gagasan.
Sebagai refleksi bersama, perbedaan suku dan budaya tidak boleh menjadikan kita terpecah belah. Perbedaan suku harus dimaknai sebagai keberagaman di tengah persatuan. Benedict Anderson menjelaskan bahwa kesamaan identitas merupakan sebuah bayangan yang tercipta dari berbagai macam kesamaan seperti bahasa, mitologi, tradisi dan banyak lagi.
Dalam konteks Indragiri Hilir, ada satu kesamaan yang paling dasar dalam masyarakatnya, yakni sama-sama lahir, besar dan tumbuh di tanah yang sama. Kesamaan inilah yang seharusnya menjadikan masyarakat Inhil menjadi satu tanpa adanya batasan yang memisahkan, bahkan ego etnis sekalipun.
Konsep Imagined Communities Benedict Anderson juga telah menjelaskan, bahwa perbedaan suku yang selama ini membatasi kemajuan Inhil hanyalah hasil dari bayangan tentang perbedaan yang semu, sehingga bayang-bayang itu menutupi kesamaan-kesamaan yang dimiliki oleh masyarkat Inhil secara kolektif.
Di era yang sudah berjalan maju ini, perbedaan etnis seharusnya tidak lagi menjadi pijakan alasan kita untuk memilih pemimpin. Pilkada 2024 sudah membuktikan bahwa kerja nyata dan gagasan adalah alasan masyarakat Inhil untuk memilih pemimpin. Kendatipun pemimpin Inhil nantinya bukan berasal dari suku melayu, tapi identitas Inhil sebagai tanah melayu harus terus dipertahankan. Sebab Indragiri Hilir adalah satu kesatuan dalam berbagai perbedaan.
Editor: Ziyad Ahfi
Alfatah Hidayat adalah tokoh pemuda Indragiri Hilir yang sedang menempuh pendidikan magister hukum di Universitas Islam Indonesia Yogyakarta